Bren MKIII, Senapan Mesin Legendaris Regu Brimob Polri

Bren MKIII, Senapan Mesin Legendaris Regu Brimob Polri



Bren-cover


Bren MKIII, Senapan Mesin Legendaris Regu Brimob Polri. Di era gencar-gencarnya kemajuan senapan serbu serta senapan regu dalam Korps Brimob Polri, sampai saat ini senapan mesin regu legendaris RPD (Ruchnoy Pulemet Degtyarova) yang sering digunakan oleh Red ArmyUni Soviet di tahun 1950, masih saja sering digunakan, bahkan RPD masih disandang oleh pasukan Infanteri Korps Marinir TNI AL. Tak bermaksud mengatakan mana yang lebih tua, tapi realitanya masih ada senapan mesin regu yang lebih senior dari RPD, dan hebatnya lagi masih sering digunakan. Senjata yang dimaksud adalah Bren MKIII. Rancangan senjata ini sudah sangat terkenal dan terkenal, terutama pada bentuk magasin melengkung yang terpasang di bagian atas.


Bren1


Karirnya di negeri ini sudah terlihat dimana-mana, salah satunya dalam adegan film dokumenter hitam putih, Bren memang menjadi senjata yang sering dibawa oleh para Pejuang Kemerdekaan RI. Pada Perang Kemerdekaan Indonesia, Bren merupakan senapan mesin yang dipakai tentara Inggris yang  masuk dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Senapan mesin ini sering dipakai oleh tentara AFNEI dalam peperangan menghadapi pasukan Indonesia, salah satunya pada Peristiwa 10 November tahun 1945 di Surabaya.
Jika dilihat dari silsilahnya, label Bren berasal dari kata Brno, nama sebuah kota di Cekoslowakia, dimana senjata Zb vz. 26 pertama kali dirancang, dan Enfield, nama daerah di Inggris tempat dibangunnya pabrik senjata Royal Small Arms Factory. Sama halnya seperti RPD, Bren juga berkaliber 7,62 mm, perbedaannya RPD mengadaptasi amunisi berkaliber 7,62 x 39 mm, sedangkan Bren mengadaptasi kaliber NATO, yaitu 7,62 x 51 mm. Umurnya sudah tua, tapi masalah kinerjanya masih terbilang bagus, membuat senjata yang sudah menjadi penghuni museum ini masih bisa digunakan. Terlebih lagi amunisi Bren sudah dikenal di kalangan TNI, dilihat dari kalibernya, amunisi Bren hampir sama dengan yang dipakai pada FN MAG GPMG (General Puspose Machine Gun), itu artinya dari segi persediaan tak menjadi masalah karena amunisi telah diproduksi oleh PT Pindad.
Bren memang terbilang cukup berbobot, bisa dikatakan tak ergonomis bagi postur orang Indonesia. Sama halnya Bren MkI yang memiliki berat kosong 10,3 kg, sedangkan jika beramunisi mencapai 11,25 kilogram, jenis lainnya yaitu Bren MkII/MkIII yang mempunyai bobot yang lebih ringan yaitu 8,7 kilogram berat kosong dan 9,75 kilogram beramunis. Panjang dari Bren Mk II/Mk III ini sekitar 1,1 meter, sedangkan varian MkI mempunyai panjang 1,2 meter. Panjang larasnya sekitar 63 cm.
Dalam operasionalnya, Bren dijalankan oleh dua personel (orang pertama sebagai penembak dan orang kedua untuk mengganti magasin senjata). Dilengkapi bipod yang terhubung, biasanya senjata ini dioperasikan dengan diletakkan pada tanah. Dalam waktu satu menit, Bren mampu menembakkan 500 – 520 amunisi. Sedangkan proyektil yang ditembakkan mampu mencapai kecepatan 745 meter per detik dengan jarak efektifnya 500 meter dan jarak tembak maksimumnya 1,5 km.
Bren bisa menggunakan 3 jenis magasin, yaitu magasin yang berisi 20 peluru, magasin beriisi 30 peluru berwujud kotak, dan magasin berisi 100 peluru yang berwujud seperti drum. Bren menggunakan sistem bidikan secara manual (iron sight), pada era perang dunia kedua terkenal karena kestabilan dan akurasinya. Senjata ini biasanya digunakan sambil posisi tiarap dengan ditopang oleh bipod atau tripod, tapi ada juga personel yang menggunakannya sambil bergerak. Disamping itu senjata ini juga dapat dipasang pada dudukan senjata yang berada pada mobil prajurit, sehingga memungkinkan digunakan sambil berkendara.
Bren pertama kali diperuntukkan AD Inggris di tahun 1935, dan diproduksi pada tahun itu juga. Versi Bren MKI yang pertama kali digunakan oleh tentara Inggris di tahun 1938 pada era perang dunia kedua. Beberapa jenis terus dikembangkan, misalnya Bren MKII/MKIII serta MKIV, sampai pada akhirnya produksi Bren resmi berhenti pada tahun 1971. Bren Mk II merupakan varian lebih sederhana dari Bren Mk I. Bipodnya tidak mempunyai perpanjangan kaki yang berlebihan, sehingga terlihat seperti hutuf “A” dengan kaki yang tidak terlalu panjang. Bren varian ini juga mempunyai rasio tembakan per menit yang lebih hebat daripada varian sebelumnya. Disamping itu detail kayu pada varian ini juga dirancang lebih sederhana sehingga bisa mempersingkat waktu produksi senjata. Bren Mk III diproduksi di tahun 1944, rancangan dan spesifikasinya sama persis dengan Mk II, hanya saja Bren MKIII agak ringan dan lebih pendek.

Bren3

Komentar